Minggu, 19 Juni 2016

MAKALAH INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN





MAKALAH

INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN




Oleh :
INDRIYANA CANDRASARI
KRIS WINARNI
TAMAMI

Jurusan :
EKONOMI BISNIS SYARIAH

Mata Kuliah :
PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH

Dosen Pengampu :
SAEFUL MUJAB, M.EI.









SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
SLAWI - TEGAL- JAWA TENGAH
2016

INDEKS HARGA SAHAM INDIVIDU
DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

I.         PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Dalam pasar modal, ada instrumen yang digunakan dalam Bursa Efek. Instrumen tersebut sebagai indikator perdagangan saham serta mengenai baik buruknya kinerja perusahaan dan naik turunnya harga saham pada waktu-waktu tertentu.

b.      Tujuan
          Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang beberapa Instrumen pasar modal, diantaranya Indeks Harga Saham Individu (IHSI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

c.       Ruang Lingkup Pembahasan
          Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah seputar Indeks Harga Saham Individu (IHSI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

II.      PEMBAHASAN
a.      Pengertian Indeks Harga Saham
Secara sederhana yang di sebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dibandingkan dengan suatu peristiwa lainnya.
Angka indeks atau sering disebut dengan indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda.[1]
Indeks harga saham adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Indeks harga saham sebagai indikator perdagangan saham, yang disusun dengan satu formula tertentu yang berlangsung di bursa efek.
Setiap bursa efek memiliki indeks harga saham yang berbeda-beda. Di New York Stock Exchange (NYSE) dikenal indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang berisi 30 jenis saham unggulan. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) kita mengenal beberapa indeks harga saham, diantaranya :
1.      Indeks yang berisi totalitas saham yang tercatat di bursa disebut dengan IHSG.
2.      Indeks LQ 45 yang berisi 45 jenis saham. Setiap periode tertentu 45 jenis saham itu akan dievaluasi sehingga komposisinya mengalami perubahan. Ada yang keluar dan ada yang baru masuk.
3.      indeks sektoral, seperti Indeks Keuangan, Indeks Properti dan sebagainya.
4.      Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index), terdiri dari 30 jenis saham yang bisnisnya sesuai dengan Syariat Islam.
5.      Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan, berisi saham yang tercatat di BEI sesuai kelompok papan utama dan papan pengembangan.

Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini, apakah sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks di sini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu.
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu yang berlaku merupakan waktu di mana kegiatan akan diperbandingan dengan waktu dasar.
Fungsi Indeks di Pasar Modal, antara lain :
1.      Sebagai indikator trend pasar,
2.      Sebagai idikator tingkat keuntungan,
3.      Sebagai tolak ukuran (brandmark) kinerja suatu portofolio,
4.      Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
5.      Memfasilitasi perkembangan produk derivatif.

b.      Indeks Harga Saham Individu (IHSI)
Indeks harga saham individu adalah indeks yang menggambarkan pergerakan harga dari masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Pada contoh tabel diatas, terdapat daftar 10 saham teraktif pada kurun waktu tertentu. Saham teraktif adalah saham yang paling sering diperjualbelikan di bursa efek. Saham yang teraktif didapatkan dengan menghitung Indeks Harga Saham Individual (IHSI).
Indeks harga saham individu hanya menunjukan perubahan dari suatu harga saham suatu perusahaan. Indeks ini tidak bisa untuk mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa indeks harga saham individu merupakan suatu nilai yang mempunyai fungsi untuk mengukur kinerja kerja suatu saham tertentu terhadap harga dasarnya.

c.       Metode Perhitungan IHSI
Seperti sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya, untuk menghitung saham kita memerlukan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Harga dasar sering disebut Ho dan harga yang berlaku sering disebut dengan Ht. Harga dasar ditetapkan sebesar 100%. Secara sederhana rumus untuk menghitung indeks harga saham adalah berikut ini.

IHS=( Ht/Ho)x 100%

HIS   = Indeks harga saham
Ht        = Harga pada waktu yang berlaku
Ho      = Harga pada waktu dasar
Pergerakan nilai indeks akan menunjukan prubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi ini yang biasanya menunjukan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan pasar yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.
Karena waktu dasar merupakan komponen yang penting dalam penentuan indeks harga saham, maka untuk menentukan waktu dasar harus dilakukan dengan benar karena akan dipakai sebagai patokan.
Waktu dasar dipilih pada saat situasi stabil. Pada saat situasi tidak stabil, misalkan pada saat indeks harga tinggi, untuk penentuan indeks harga selanjutnya hasilnya kurang valid, karena akan menunjukan bahwa indeks harga cenderung terus menerus menurun. Sebaliknya jika penentuan waktu dasar pada saat pasar sedang lesu, indeks harga akan cenderung menunjukan peningkatan. Indeks saham individu sangat penting, khususnya bagi calon investor dalam penetuan jenis saham yang akan dibeli.
Indeks saham individu tidak akan berubah jika harga pasar saham tersebut tidak berubah. Hal ini disebabkan karena harga dasar bersifat tetap. Besarnya harga dasar ini akan tetap, sepanjang tidak ada perubahan harga pasar akibat dari harga teoritis baru suatu saham sebagai hasil prhitungan dari pengaruh aksi emiten seperti rights issue, stock split, saham bonus, dividen saham, warrant redeption, dan sebagainya (Robbert Ang,1997).

d.      Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham gabungan adalah indeks yang digunakan sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menunjukan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Indeks harga ini melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.
Dari angka indeks kita dapat mengetahui, apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu atau dalam keadaan stabil. Kondisi pasar modal dikatakan sedang ramai jika angka IHSG menunjukkan di atas 100, jika angka IHSG menunjukkan di bawah 100 maka kondisi pasar modal sedang lesu, dan kondisi pasar dalam keadaan stabil jika angka IHSG menunjukkan nilai 100.

e.       Metode Perhitungan IHSG
Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mengetahui indeks harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham gabungan ini, caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga saham individual, tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut.

IHSG=(∑Ht/∑Ho) x 100%

∑Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
∑Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar

Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukan di atas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil.
Kedua cara di atas dalam menentukan baik indeks harga saham individu maupun indeks harga saham gabungan merupakan cara yang sederhana (tertimbang).
Indeks tertimbang merupakan indeks yang mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik turunya angka indeks tersebut. Besar kecilnya bobot tergantung dari besarnya pngaruh dari perubahan harga saham tersebut mempengaruhi keseluruhan harga sahan yang ada. Saham yang berperan kecil dalam mempengaruhi pasar akan diberi bobot kecil.
Metode perhitungan angka indeks dengan menggunakan timbangan (pembobotan) dikemukakan ole Laspeyres dan Paasche. Kedua orang ini menggunakan factor timbangan yang berbeda. Laspeyres mendasarkan pada jumlah saham pad awaktu dasar, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham pada waktu yang berlaku.
Pembobotan saham dipengaruhi oleh jumlah saham yang didaftarkan oleh perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang didaftarkan, semakin besar pula bobotnya. Biasanya dengan besarnya jumlah saham yang didaftarkan, saham ini akan semakin likuid dalam perdagangan atau transaksi. Jumlah saham yang dipakai pada saat waktu dasar didasarkan pada saat perusahaan melakukan go public atau melakukan emisi perdana.
Cara yang mendasarkan pembobotan pada waktu dasar ini ditemukan oleh Laspeyres. Adapun untuk perhitungan menggunakan rumus berikut.

IHSG= [ (∑Ht.Ko)/(∑Ho.Ko) ]x 100%

Ko = Jumlah semua saham yang beredar pada waktu dasar

Sedangkan untuk perhitungan angka indeks dengan menggunakan waktu berlaku sebagai bobot dikemukakan oleh Paasche. Rumus yang digunakan adalah berikut.

IHSG= [ (∑Ht/∑Ho.Ko) ]x 100 %

Kt = Jumlah semua saham yang beredar pada waktu yang berlaku.

Jika diperbandingkan, sebenarnya dilihat dari segi praktis, rumus yang dikemukakan oleh Laspeyres lebih baik, karena bobot yang dipakai tidak berubah, tetapi secara teoritis kurang baik, karena yang berpengaruh tehadap harga sebenarnya adalah jumlah saham pada waktu yang berlaku.
Sebaliknya secara teoritis rumus Paasche sangat baik, karena perubahan jumlah saham diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, tetapi dari segi praktis, cukup sulit diterapakan.
Untuk menjembatani kedua rumus di atas baik Laspeyres maupun Paasche, maka ada dua rumus lain yang digunakan untuk menghitung indeks harga saham gabungan, yaitu menurut Irving Fisher dan Drobisch.
Rumus Irving Fisher :

IHSG= √ IHSGL x  IHSGP

IHSGL = Indeks harga saham gabungan menggunakan rumus Laspeyres
IHSGP = Indeks harga saham gabungan menggunakan rumus Paasche
Rumus IHSG menurut Drobisch :

IHSG= (IHSGL +  IHSGP)/2

Karena jumlah saham yang tercatat sangat banyak , seringkali jika harus menghitung semua saham yang tercacat akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, dalam perhitungan hanya menggunkan sampel dari keseluruhan saham yang tercatat.
Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana cara pengambilan sampel sehingga didapat hasil yang mewakili. Sampel ini diambil dari perkiraan saham yang diyakini memiliki peran penting dalam mempengaruhi pasar.

III.   KESIMPULAN
Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dibandingkan dengan suatu peristiwa lainnya.
Angka indeks atau sering disebut dengan indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda.
Indeks harga saham adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) kita mengenal beberapa indeks harga saham, diantaranya : (1) IHSG, (2) Indeks LQ 45 yang berisi 45 jenis saham, (3) Indeks sektoral, (4) Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index), (5) Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan.
Fungsi Indeks di Pasar Modal, antara lain : (1) Sebagai indikator trend pasar, (2) Sebagai idikator tingkat keuntungan, (3) Sebagai tolak ukuran (brandmark) kinerja suatu portofolio, (4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, (5) Memfasilitasi perkembangan produk derivatif.
Indeks harga saham individu adalah indeks yang menggambarkan pergerakan harga dari masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Indeks harga saham individu hanya menunjukan perubahan dari suatu harga saham suatu perusahaan. Indeks ini tidak bisa untuk mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu.
Rumus untuk menghitung indeks harga saham adalah IHS=( Ht/Ho)x 100%, dimana HIS = Indeks harga saham, Ht  = Harga pada waktu yang berlaku, Ho = Harga pada waktu dasar.
Indeks saham individu tidak akan berubah jika harga pasar saham tersebut tidak berubah. Hal ini disebabkan karena harga dasar bersifat tetap
Indeks harga saham gabungan adalah indeks yang digunakan sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Kondisi pasar modal dikatakan sedang ramai jika angka IHSG menunjukkan di atas 100, jika di bawah 100 maka kondisi pasar modal sedang lesu, dan kondisi pasar dalam keadaan stabil jika menunjukkan nilai 100.
Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah IHSG = (∑Ht/∑Ho) x 100%, dimana ∑Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku,  ∑Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar


Daftar Pustaka

http://ekonomisku.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-dan-macam-indeks-harga-saham.html
https://bluang23.wordpress.com/2009/06/19/indeks-harga-saham-dalam-pasar-modal/
https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Harga_Saham_Gabungan



[1] (J. Supranto, Statistik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994).

1 komentar: